PERJANJIAN KERJA BERSAMA ANTARA PT. QUTY KARUNIA DENGAN SERIKAT PEKERJA TEKSTIL, SANDANG DAN KULIT SERIKAT PEKERJA SELURUH INDONESIA PT. QUTY KARUNIA

New

MUKADIMAH

Dengan rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa pimpinan Perusahaan PT. QUTY KARUNIA dengan Pengurus SP-TSK-SPSI PT. Quty Karunia telah selesai membuat Perjanjian Kerja Bersama sebagai norma-norma untuk mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban pimpinan perusahaan serta hak-hak dan kewajiban para pekerja didalam hubungan kerja di perusahaan.

Perjanjian Kerja Bersama ini dibuat guna menciptakan hubungan yang lebih harmonis, Saling memberikan pengertian, saling mempercayai, saling menghormati sehingga timbul adanya ketenangan dan ketentraman kerja bagi pekerja dan ketenangan serta ketentraman usaha bagi pengusaha.

Dengan telah ditetapkan ketentuan-ketentuan hak-hak dan kewajiban-kewajiban kedua belah pihak, akan memberikan kepastian hukum yang dapat menjadi pegangan selama proses produksi berjalan, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas demi kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan serta demi peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

Bahwa dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini Pimpinan perusahaan dan Pengurus Serikat Pekerja TSK-SPSI PT. Quty Karunia berunding menyatukan satu pengertian, satu maksud dan tujuan yang dibuktikan dengan ditandatanganinya PKB ini oleh kedua belah pihak, maka dengan ini merupakan satu ikatan didalam hubungan kerja yang tidak dapat diingkari/dilanggar, maka mudah-mudahan selama proses produksi berjalan baik Perusahaan maupun seluruh pekerja dapat melaksanakan isi Perjanjian Kerja Bersama ini secara baik dan lancer.

BAB I : UMUM

Pasal 1 : Pengertian dan Istilah

Dalam PKB ini yang dimaksud dengan :

  1. Perusahaan

    Adalah PT. Quty Karunia yang berkedudukan di Jl. Industri KM3 Babakan Cikao Purwakarta.

  2. Pengusaha

    Adalah Pimpinan Perusahaan PT. Quty Karunia atau orang yang diberi kuasa untuk melakukan tindakan untuk dan atas nama Perusahaan.

  3. Serikat Pekerja

    Adalah Pengurus unit kerja serikat pekerja Sandang dan Kulit Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia PT. Quty Karunia yang beralamat di Jl. Industri Km3 Babakan Cikao Kab. Purwakarta.

  4. Anggota Serikat Pekerja

    Adalah setiap Pekerja PT. Quty Karunia yang telah menyatakan secara sukarela atas kehendaknya sendiri menjadi anggota serikat pekerja.

  5. Karyawan/Pekerja

    Adalah setiap orang yang bekerja PT. Quty Karunia dengan mendapatkan Upah.

  6. Karyawan Tetap

    Adalah setiap Pekerja di PT. Quty Karunia berdasarkan perjanjian Kerja untuk waktu tidak tertentu dan telah mendapatkan pengangkatan dari pimpinan perusahaan setelah melalui masa percobaan terlebih dahulu.

  7. aKaryawan Kontrak

    Adalah setiap Pekerja yang bekerja di PT. Quty Karunia berdasarkan Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu (PKWT).

  8. Keluarga Karyawan

    Adalah isteri atau suami dan anak-anak karyawan dari hasil perkawinan yang sah.

  9. Tanggungan Keluarga

    Adalah anggota keluarga karyawan yang tinggal serumah yang merupakan tanggung jawab karyawan.

  10. Ahli Waris Karyawan

    Adalah keluarga karyawan dan keluarga lainnya yang ada pertalian darah yang diakui sebagai ahli menurut hukum.

  11. Hari Kerja

    Adalah hari-hari yang telah ditentukan dimana pekerja wajib melakukan pekerjaan di perusahaan.

  12. Hari Libur

    Adalah dimana pekerja dibebaskan dari kewajiban melakukan pekerjaan

  13. Cuti/Istirahat

    Adalah waktu dimana pekerja dibebaskan dari kewajiban bekerja sebagai tujuan mengistirahatkan badan, tenaga dan pikiran dari kelelahan bekerja, atau karena kondisi badan tertentu.

  14. Ijin tidak bekerja

    Adalah suatu kebijaksanaan pimpinan perusahaan atau atasan yang diberikan kepada pekerja untuk tidak melakukan pekerjaan, atas dasar permintaan/pengajuan secara lisan maupun tertulis dari pekerja yang bersangkutan.

  15. Mangkir

    Adalah pekerja yang tidak melakukan pekerjaan tanpa pemberitahuan sebelumnya atau tanpa keterangan sesudahnya dengan alas an yang didukung dengan bukti-bukti yang sah.

Pasal 2 : Pihak-pihak Yang Membuat Perjanjian kerja Bersama (PKB)

Perjanjian Kerja Bersama ini telah dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak sebagai berikut:

  1. Pimpinan perusahaan PT. Quty Karunia, bertindak untuk dan atas nama PT. Quty Karunia yang beralamat di Jl. Industri Km 3 Babapak Cikao Purwakarta didirikan berdasarkan akta notaris No. 124 pada tanggal 19 September 1990.
  2. Pengurus Unit Kerja SP-TSK-FSPSI PT. Quty Karunia, bertindak untuk dan atas nama seluruh pekerja yang menjadi anggota yang beralamat secretariat di Jl. Industri Km3 Babapak Cikao Purwakarta.

Pasal 3 : Ruang Lingkup dan berlakunya PKB

  1. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini berisikan ketentuan-ketentuan tentang tata tertib kerja syarat-syarat kerja, pengupahan, jaminan sosial dan kesejahteraan yang merupakan hak-hak dan kewajiban perusahaan yang bersifat umum, termasuk ketentuan tata cara perubahan/tambahan, perpanjangan masa berlakunya, dll.
  2. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini berlaku bagi seluruh karyawan PT. Quty Karunia yang bekerja dikantor pusat, pabrik pusat, maupun tempat-tempat perusahaan lainnya yang merupakan tanggung jawab atau cabang PT. Quty Karunia.

Pasal 4 : Pengakuan Hak dan Kewenangan pihak-pihak

  1. Perusahaan mengakui bahwa, Serikat Pekerja Tekstil, Sandang dan Kulit, Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Unit PT. Quty Karunia sebagai organisasi Pekerja yang ada diperusahaan yang sah legalitasnya menurut hukum yang mempunyai fungsi dan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta merupakan partner pimpinan perusahaan di dalam berproduksi dan perproduktivitas demi mencapai peningkatan kemajuan perusahaan dan peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.
  2. .Pengurus Unit Kerja SP-TSK-FSPSI PT. Quty Karunia mengakui bahwa, Pimpinan perusahaan PT. Quty Karunia berhak dan berwenang memimpin, menjalankan perusahaan, mencari dan mengatur pekerjaan, memperoleh hasil produksi yang berkualitas termasuk menerima, menempatkan pekerja pada jabatan-jabatan yang diatur menurut struktur organisasi perusahaan.

Pasal 5 : Kewajiban Perusahaan dan Serikat Pekerja

  1. Perusahaan dan Serikat Pekerja berkewajiban melaksanakan isi perjanjian Kerja Bersama ini secara Baik dan penuh rasa tanggung jawab sehingga dapat dilaksanakan sepenuhnya dengan konsekuensi, apabila ada terdapat perbedaan penafsiran didalam pelaksanaannya, maka kedua belah pihak dapat saling memberitahukan dan kedua belah pihak akan mengembalikan kepada penafsiran semula menurut kronologisnya dengan cara berunding dan bermusyawarah.
  2. Perusahaan dan Serikat Pekerja berkewajiban menyebarluaskan isi Perjanjian Kerja Bersama ini kepada seluruh pekerja PT. Quty Karunia melalui acara sosialisasi PKB dan atau dengan cara membagikannya kepada setiap pekerja, buku PKB ini.
  3. Perusahaan berkewajiban memperbanyak buku PKB ini dan mencetaknya menjadi buku saku untuk dibagikan kepada seluruh Pekerja PT. Quty Karunia.

Pasal 6 : Larangan bagi Perusahaan dan Serikat Pekerja

  1. Perusahaan dan Serikat Pekerja dilarang saling memaksakan kehendak dan mencampuri urusan intern organisasi masing-masing kecuali berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan diperbolehkan atas hal tersebut.
  2. Perusahaan tidak melakukan tekanan-tekanan atau menghalang-halangi terhadap pengurus serikat pekerja dalam melakukan kegiatan organisasi serikat pekerja, mengikuti kegiatan atas permintaan perangkat organisasi dan mengikuti/memenuhi panggilan pemerintah.
  3. Perusahaan dan Serikat Pekerja tidak dibenarkan saling melakukan tindakan balasan yang bersifat illegal baik sebelum, sedang dan sesudah melakukan perundingan untuk sesuatu masalah yang diperselisihkan diantara kedua belah pihak.

Pasal 7 : Dispensasi dan Iuran Serikat Pekerja

  1. Perusahaan dan Serikat Pekerja wajib memberitahukan terlebih dahulu atau mengajukan keinginan terhadap pihak lainnya apabila akan melakukan perundingan atas segala sesuatu yang menyangkut hubungan kerja, syarat-syarat kerja atau hal-hal lain yang menyangkut ketenagakerjaan di perusahaan.
  2. Dalam mengatur pelaksanaan perundingan yang menyangkut waktu, tempat, sarana, dan biaya perundingan akan diatur oleh kedua belah pihak berdasarkan musyawarah dengan prinsip saling menghormati, mengerti atas kepentingan masing-masing.
  3. Setiap perundingan yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak akan dibuatkan berita acara perundingan dan setiap hasil yang disepakati akan dibulatkan surat kesepakatan bersama yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.
  4. Selama perundingan berlangsung kedua belah pihak harus bertanggung jawab untuk selalu menjaga situasi dan kondisi hubungan kerja agar tetap aman dan lancar.

Pasal 8 : Ijin meninggalkan Pekerjaan Untuk Serikat Pekerja

  1. Perusahaan akan memberikan ijin sebagaimana mestinya terhadap pengurus serikat pekerja untuk mengikuti rapat-rapat, pendidikan atau panggilan-panggilan keluar perusahaan dalam kepentingan organisasi serikat pekerja dengan permohonan dispensasi tersebut juga diajukan sebelumnya kepada pimpinan perusahaan, upah selama ijin tersebut dibayarkan 100%.
  2. Meninggalkan pekerjaan untuk mengikuti kegiatan rapat-rapat, pendidikan atau memenuhi dalam kepentingan organisasi tanpa ijin pimpinan terlebih dahulu akan dinyatakan pelanggaran disiplin kerja atas nama pengurus ybs, dan akan dikenakan sanksi menurut ketentuan PKB ini.
  3. Perusahaan dapat memberikan pemakaian fasilitas untuk dipergunakan dalam kegiatan organisasi serikat pekerja dengan permohonan ijin pemakaian diajukan terlebih dahulu.
  4. Perusahaan dapat membantu pemotongan upah yang menjadi anggota serikat pekerja untuk iuran serikat pekerja setiap bulannya apabila diperlukan dengan prosedur pemotongan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB II : HUBUNGAN KERJA

Pasal 9 : Penerimaan Karyawan

  1. Pimpinan perusahaan berhak melaksanakan penerimaan karyawan baru sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
  2. Setiap penerimaan karyawan baru pimpinan perusahaan dapat menentukan prosedur/tata cara penerimaan karyawan baru antara lain :
    • Calon karyawan harus menyerahkan surat lamaran pekerjaan yang dilampiri berkas-berkas yang dijadikan pelengkap sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
    • Pimpinan perusahaan berhak melakukan seleksi terhadap pelamar yang telah menyerahkan surat lamaran pekerjaan, baik secara administrative maupun test pengetahuan keahlian maupun keterampilan calon karyawan.
    • Pimpinan perusahaan hanya akan menerima calon karyawan yang telah dinyatakan lulus test yang diadakan perusahaan.
    • Setiap akan memulai melakukan Hubungan Kerja dengan calon karyawan yang telah dinyatakan lulus,maka perusahaan membuat surat perjanjian kerja tertulis yang harus ditandatangani oleh pimpinan perusahaan dan masing-masing karyawan baru.
  3. Dalam setiap penerimaan karyawan batasan usia minimum disesuaikan dengan undang-undang yang berlaku.
  4. Untuk keselamatan kerja setiap karyawan harus mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku mempergunakan masker, tutup telinga ditempat yang diharuskan.
  5. Setiap karyawan harus mentaati dan mengikuti petunjuk penggunaan mesin dan peralatan yang dipasang, termasuk pelatihan.
  6. Menjaga kebersihan lingkungan, toilet dan lain-lain.

Pasal 10 : Perjanjian Kerja

  1. Setiap karyawan yang telah lulus seleksi akan diterima bekerja dengan dibuatkan terlebih dahulu Surat Perjanjian Kerja yang harus ditandatangi oleh pekerja yang bersangkutan dengan pihak Pimpinan Perusahaan.
  2. Bagi karyawan tetap dibuatkan Perjanjian Kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT) dengan diwajibkan menjalani masa percobaan selama 3 bulan, dan setelah dinyatakan lulus dalam masa percobaan akan diberikan Surat Pengangkatan sebagai karyawan tetap di perusahaan.
  3. Bagi karyawan kontrak dibuatkan Surat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) untuk jangka waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan produksi dengan tidak lebih dari 3 tahun, bagi karyawan kontrak tidak diwajibkan menjalani masa percobaan.

Pasal 11 : Penempatan, Pemindahan/Mutasi dan Promosi

  1. Karyawan Baru
    • Perusahaan berhak menempatkan setiap karyawan baru pada bagian-bagian dan jabatan yang tersedia sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
    • Setiap penempatan karyawan akan dipertimbangkan pendidikan, keterampilan dan keahlian karyawan itu sendiri.
    • Apabila karyawan menolak penempatan yang ditentukan pimpinan perusahaan, akan dinyatakan membatalkan Perjanjian Kerja sehingga tidak dapat melanjutkan hubungan kerja dengan perusahaan.
  2. Pemindahan/mutasi Karyawan
    • Apabila diperlukan untuk mengisi bagian-bagian atau jabatan-jabatan yang kosong, maka perusahaan berhak memindahkan/memutasikan karyawan dari bagian/jabatan lain kebagian/jabatan yang kosong tersebut.
    • Apabila terdapat karyawan yang dinilai tidak cakap atau tidak mampu bekerja, maka akan dicoba dipindahkan dari bagian/jabatannya ke bagian/jabatan lain sebagai upaya pembinaan karyawan.
    • Setiap karyawan yang terkena pemindahan/mutasi berhak mendapatkan upah sama dengan upah sebelumnya pemindahan/mutasi dilakukan.
    • Setiap karyawan yang menolak pemindahan/mutasi akan dinyatakan sebagai tindakan menolak perintah pimpinan dan merupakan pelanggaran disiplin kerja.
  3. Promosi dan Demosi
    • Pimpinan perusahaan berhak melakukan promosi terhadap karyawan yang menurut penilaian telah memenuhi syarat untuk dipromosikan pada jabatan yang lebih tinggi sebagai penghargaan atas prestasi, keahlian dan dedikasinya.
    • Pimpinan perusahaan berhak melakukan demosi terhadap karyawan yang dinilai lalai dalam tugas pekerjaannya, tanggung jawabnya, maupun disiplinnya.
    • Setiap karyawan yang terkena pemindahan/mutasi berhak mendapatkan upah sama dengan upah sebelumnya pemindahan/mutasi dilakukan.
    • Setiap karyawan yang menolak keputusan Promosi atau Demosi akan dinyatakan sebagai penolakan perintah pimpinan dan merupakan pelanggaran disiplin kerja.

BAB III : PENGUPAHAN

Pasal 12 : Macam dan Komponen Upah

  1. Macam / Status Upah
    • Bagi karyawan tetap dan karyawan kontrak akan diperhitungkan upah satu bulan sekali yang dinyatakan sebagai upah bulanan.
    • Upah minimum adalah sama dengan UMK Purwakarta.
  2. Komponen Upah
    • Perusahaan memberikan upah kepada setiap karyawan yang terdiri dari :
      • Upah Pokok
      • Tunjangan tetap:
        • Tunjangan Jabatan
        • Medical
      • Tunjangan tidak tetap:
        • Premi Hadir
        • Bonus
        • Insentif
        • Premi Produksi

Adapun tunjangan tidak tetap tidak diatur dalam Undang-Undang, apabila ada perubahan maka perusahaan berhak untuk mencabut tunjangan tidak tetap tersebut.

Pasal 13 : Peninjauan Upah dan Pembayaran Upah

  1. Peninjauan upah akan dilaksanakan setiap satu tahun sekali dengan mempertimbangkan :
    • Besarnya upah minimum Kabupaten Purwakarta yang berlaku.
    • Kemampuan perusahaan.
    • Penilaian Prestasi karyawan.
    • Penilaian kerajinan karyawan.
    • Penampilan keterampilan karyawan.
    • Pengabdian dan loyalitas terhadap perusahaan.
    • Konduite karyawan.
  2. Pembayaran upah setiap karyawan dilaksanakan setiap tanggal 10, apabila jatuh pada hari libur, maka upah akan dibayarkan pada tanggal 9.
  3. Upah terendah diperusahaan adalah sebesar Upah Minimum Kabupaten Purwakarta yang berlaku, atau apabila suatu waktu dikarenakan situasi dan kondisi perusahaan tidak mampu memberikan upah terendah sama dengan UMK Kabupaten Purwakarta, maka upah terendah didasarkan pada ijin penangguhan yang diberikan oleh Gubernur Propinsi Jawa Barat.

Pasal 14 : Kerja Lembur

  1. Setiap karyawan yang bekerja melebihi jam kerja wajib yang telah ditentukan atau bekerja pada hari libur resmi, hari libur mingguan atau bekerja pada hari-hari yang seharusnya karyawan cuti tahunan maka perusahaan akan memperhitungkan Kerja Lembur.
  2. Perhitungan Upah lembur dilakukan sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun 2003.
  3. aKerja lembur dilakukan atas permintaan pimpinan perusahaan dan persetujuan karyawan kecuali, Dalam keadaan mendesak karyawan harus bersedia kerja lembur antara lain :
    • Dalam keadaan jadwal kerja menumpuk.
    • Dalam rangka penyelesaian order untuk mengejar export tepat waktu.
    • Dalam keadaan terdapat kerusakan mesin yang harus diperbaiki.
  4. Kerja lembur yang diminta oleh pimpinan perusahaan dalam keadaan terpaksa dan dengan alas an yang dapat diterima, karyawan dapat meninggalkan kerja untuk pulang.
  5. Komponen upah yang dijadikan dasar perhitungan upah lembur adalah :
    • Upah pokok.
    • Tunjangan jabatan.
  6. Untuk menghitung upah lembur, maka dihitung upah perjam sbb:
    • Upah Bulanan = 1/173 x upah sebulan.

Pasal 15 : Premi Hadir

  1. Perusahaan memberikan uang premi hadir sebesar Rp. 20.000,- per bulan setiap karyawan yang telah bekerja 1 (satu) bulan penuh tanpa meninggalkan pekerjaan baik ijin, mangkir, maupun ijin sakit.
  2. Pembayaran Premi hadir dilaksanakan bersama dengan pembayaran upah setiap bulannya.
  3. Hal-hal yang dapat membatalkan Premi hadir antara lain :
    • Tidak masuk kerja karena ijin, karena sakit/surat keterangan dokter.
    • Tidak masuk kerja karena Cuti Tahunan, Cuti hamil/Melahirkan dan cuti lainnya.
    • Terlambat datang atau pulang sebelum waktunya.
    • Mangkir.

Pasal 16 : Upah Selama Sakit

  1. Setiap karyawan yang tidak masuk kerja karena sakit dengan surat keterangan dokter, maka upahnya tetap dibayar.
  2. Bagi karyawan yang mengalami sakit berkepanjangan upahnya dibayar dengan ketentuan sebagai berikut :
    • 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% dari upah.
    • 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% dari upah.
    • 4 (empat) bulan ketiga dibayar 50% dari upah.
    • 4 (empat) bulan selanjutnya 25% dari upah sampai PHK dilakukan oleh perusahaan.

    BAB IV : KESEJAHTERAAN

    Pasal 17 : Tunjangan Hari Raya

    1. Tunjangan hari raya adalah tunjangan yang diberikan kepada karyawan oleh perusahaan, karena adanya hari raya keagamaan yang harus dirayakan oleh karyawan sebagai penganutnya.
    2. Karyawan yang mempunyai kerja satu bulan, berdasarkan ketentuan Permenaker Nomor 6 tahun 2016 berhak mendapatkan THR dengan perhitungan proporsional.
    3. Besarnya tunjangan hari raya diberikan sebagai berikut :
      • Karyawan yang telah bekerja 12 bulan atau lebih secara terus menerus diberikan Tunjangan Hari Raya (THR) sebesar 1 (satu) bulan penuh.
      • Bagi karyawan yang mempunyai masa kerja 12 bulan, tetapi kurang dari 12 bulan maka diberikan THR yang dihitung secara proporsional dari masa kerjanya sebagai berikut :

        Masa Kerja / 12 X 1 Bulan upah

    4. Bagi karyawan-karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja 1 hari sebelum memasuki bulan puasa bagi karyawan muslim atau 1 hari sebelum bulan Desember bagi karyawan kristiani berhak mendapatkan tunjangan hari raya.
    5. Pembayaran THR dibayarkan paling lambat 1 (satu) minggu menjelang hari raya, kecuali terdapat halangan yang bersifat teknis maupun kondisi keuangan perusahaan, maka waktu pembayaran THR dapat ditentukan lain berdasarkan kesepakatan dengan Pengurus Serikat Pekerja yang akan diumumkan kepada seluruh karyawan sebelum 1 (satu) minggu menjelang hari raya.

    Pasal 18 : Transportasi dan Makan

    1. Perusahaan memberikan uang transportasi dan uang makan kepada setiap karyawan yang ditugaskan Dinas Luar.
    2. Perusahaan menyediakan transportasi dan memberikan makan terhadap setiap karyawan yang melaksanakan kerja lembur sampai jam 21.00 WIB.

    Pasal 19 : Bantuan Uang Duka

    1. Perusahaan memberikan bantuan biaya berupa uang duka dan biaya pemakaman kepada setiap karyawan yang isteri/suami, anak yang sah dan orang tuanya meninggal dunia.
    2. Perusahaan memberikan uang duka cita kepada setiap karyawan yang mengalami musibah kebakaran, kebanjiran atau terkena bencana alam lainnya.
    3. Besarnya bantuan biaya/uang duka dan biaya pemakaman akan ditentukan menurut kebijaksanaan pemimpin perusahaan.

    Pasal 20 : Jaminan Sosial Tenaga Kerja

    1. Seluruh karyawan diikut sertakan dalam program Jaminan Kematian, Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku melalui BPJS Ketenagakerjaan.
    2. Seluruh karyawan diikut sertakan dalam Program Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja dengan cara mengadakan kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
    3. Setiap karyawan yang menderita sakit dapat berobat bebas pada poliklinik/ rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dengan terlebih dahulu mendapat rujukan dari Dokter Poliklinik setempat.

    BAB V : PEMBEBASAN KEWAJIBAN UNTUK BEKERJA

    Pasal 21 : Ijin Meninggalkan Tempat Kerja

    1. Setiap karyawan yang tidak dapat melakukan pekerjaan atau meninggalkan pekerjaan karena kepentingan pribadi diwajibkan meminta ijin terlebih dahulu dari atasannya (kepala bagiannya) atau dari orang yang dikuasakan.
    2. Apabila kepentingan pribadi hanya dilingkungan perusahaan, ijin atasan dapat diberikan secara lisan, tetapi apabila harus keluar lingkungan perusahaan ijin diberikan secara tertulis yang diketahui oleh Hrd Perusahaan.
    3. Meninggalkan tempat kerja yang harus meminta ijin adalah :
      • Tidak dapat masuk kerja pada hari yang akan datang.
      • Meninggalkan tempat kerja untuk pulang dan tidak dapat kembali lagi
      • Meninggalkan tempat kerja untuk pulang sementara dan kembali lagi bekerja
      • Meninggalkan tempat kerja karena kedatangan tamu di perusahaan dengan kepentingan mendesak.
    4. Upah selama ijin meninggalkan tempat kerja untuk selama 4 (empat) jam kerja atau lebih adalah tidak dibayar.

    Pasal 22 : Cuti Tahunan dan Cuti Panjang

    1. Setiap karyawan yang telah bekerja selama 12 bulan terus menerus berhak untuk mendapatkan cuti tahunan selama 12 hari kerja.
    2. Atas persetujuan antara pimpinan perusahaan dengan pengurus serikat pekerja berkenaan dengan hari raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru, dapat diadakan cuti bersama/cuti massal dengan paling lama 6 (enam) hari kerja.
    3. Cuti massal/cuti bersama dipotong dari hak cuti tahunan karyawan.
    4. Sisa cuti tahunan setelah dipotong cuti masal, dapat diambil oleh masing-masing karyawan dengan cara membuat permohonan cuti melalui atasan langsung dan disetujui oleh pimpinan perusahaan.
    5. Pimpinan perusahaan berhak menunda permintaan cuti dari karyawan karena kepentingan produksi penundaan pelaksanaan cuti tersebut tidak melebihi 6 (enam) bulan.
    6. Pengambilan sisa cuti tahunan tidak dapat diambil sekaligus melainkan dibagi menjadi beberapa kali pengambilan.
    7. Hak cuti pada prinsipnya tidak dapat diganti berupa uang.
    8. Upah selama cuti dibayar penuh.
    9. Setiap karyawan yang telah mempunyai masa kerja 6 (enam) tahun terus menerus, dapat diberikan cuti tambahan.
    10. Pelaksanaan cuti tambahan tidak diperbolehkan digabung dengan pelaksanaan cuti tahunan.

    Pasal 23 : Tidak Masuk kerja Karena Ijin Dengan Upah Dibayar

    1. Karyawan yang tidak dapat masuk kerja dengan telah memperoleh ijin dari pimpinan perusahaan terlebih dahulu, akan tetap dibayarkan upahnya dalam hal :
      • Karyawan/pekerja menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga) hari.
      • Menikahkan anaknya yang sah, dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
      • Menghitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
      • Membabtiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
      • Isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
      • Suami/isteri, orang tua/mertua, anak atau menantu meninggal dunia dibayar untuk selama 2 (dua) hari.
      • Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk selama 1 (satu) hari.
      • Karyawan muslim menunaikan ibadah haji, dibayar untuk selama waktu yang dibutuhkan dengan tidak melebihi 3 (tiga) bulan.
      • Karyawan menjalankan kewajiban terhadap Negara yang tanpa imbalan dari pemerintah, untuk selama waktu menjalankan kewajiban tersebut.
      • Karyawan melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan, dibayar untuk selama pendidikan.
      • Karyawan melaksanakan tugas serikat pekerja, atas persetujuan pimpinan perusahaan, dibayar untuk selama yang disetujui oleh pimpinan perusahaan.
    2. Karyawan yang meninggalkan pekerjaan melebihi waktu yang diijinkan, maka selama tidak masuk kerja tanpa ijin tersebut akan dinyatakan mangkir yang dapat diberikan sanksi pelanggaran disiplin serta upahnya tidak dibayarkan.
    3. Untuk memperoleh ijin tidak masuk kerja dengan mendapatkan upah tersebut pada ayat (1), karyawan harus melampirkan bukti dari aparat yang berwenang.

    Pasal 24 : Cuti haid, Melahirkan dan Gugur Kandungan

    1. Karyawan wanita yang sakit pada hari pertama dan kedua tidak diwajibkan untuk bekerja dengan memberikan keterangan dari dokter atau petugas medis.
    2. Karyawan wanita yang akan melahirkan berhak cuti 1 ½ bulan sebelum melahirkan, dan 1 ½ bulan sesudah melahirkan, dengan mengajukan permohonan cuti terlebih dahulu paling lambat 14 (empat belas) hari sebelumnya, yang disertai keterangan dokter atau bidan, kecuali keguguran kandungan keterangan dokter atau bidan dapat diberikan paling lambat 3 hari setelah kejadian. Dan yang keguguran kandungan tersebut berhak mendapat cuti 1 ½ bulan.
    3. Upah selama cuti haid, melahirkan atau keguguran dibayar 100%.

    BAB VI : WAKTU KERJA

    Pasal 25 : Hari Kerja dan Jam Kerja

    1. Hari kerja yang berlaku di perusahaan adalah hari Senin sampai dengan hari Jum’at.
    2. Hari kerja diperusahaan adalah 8 (delapan) jam sehari dan / 40 jam seminggu, dengan ketentuan sebagai berikut :
      • Hari Senin s/d Kamis:

        07.30 – 11.30 bekerja

        11.30 – 12.30 istirahat

        12.30 – 16.30 bekerja kembali

      • Hari Jumat:

        07.30 – 11.40 bekerja

        11.40 – 12.40 istirahat

        12.40 – 16.30 bekerja kembali

      • Sabtu : Libur
    3. Jam kerja bagi anggota keamanan/satpam, agar diatur sendiri dengan memperhatikan kepentingan keamanan dan ketertiban di perusahaan.
    4. Kerja yang dilakukan melebihi jam kerja yang ditentukan akan diperhitungkan sebagai kerja lembur.
    5. Apabila terdapat sesuatu hal, jam kerja dapat dirubah dengan kesepakatan antara pimpinan perusahaan dengan pengurus serikat pekerja.

    BAB VII : KEWAJIBAN KARYAWAN DAN SANKSI

    Pasal 26 : Kewajiban Karyawan

    1. Setiap karyawan harus sudah berada ditempat kerja sebelum 15 menit sebelum jam kerja dimulai, dan melakukan pekerjaan pada saat-saat jam kerja dengan penuh konsentrasi, disiplin pada petunjuk kerja dan mengutamakan kualitas produk dan selalu meningkatkan produkstivitas kerja.
    2. Setiap karyawan harus selalu menjaga ketertiban dalam melakukan pekerjaan, menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, memelihara kelancaran kerja, memelihara peralatan kerja termasuk mesin-mesin.
    3. Setiap karyawan harus memakai pakaian seragam kerja dengan rapih sesuai ketentuan yang berlaku.
    4. Setiap karyawan wajib mengisi absen/time card setiap masuk bekerja atau pulang bekerja.
    5. Setiap karyawan wajib memberitahukan/melaporkan kepada atasannya apabila ada hal-hal yang mengganggu kelancaran kerja atau hal-hal yang membahayakan dirinya, teman sekerja atau perusahaan.

    Pasal 27 : Larangan-Larangan bagi Karyawan

    1. Setiap karyawan dilarang mengganggu teman sekerja, ngobrol atau berkelakar dengan teman sekerja pada saat jam kerja.
    2. Setiap karyawan dilarang membawa senjata api atau senjata ketempat kerja, kecuali atas ijin pimpinan perusahaan, atau merupakan peralatan kerja.
    3. Setiap karyawan dilarang mengerjakan yang bukan tugasnya atau pekerjaan orang lain, tanpa ijin atasannya.
    4. Setiap karyawan dilarang berjualan ditempat kerja, atau melakukan kegiatan bersifat menguntungkan pribadi tanpa ijin pimpinan perusahaan.
    5. Setiap karyawan dilarang membawa peralatan kerja keluar lingkungan perusahaan tanpa ijin pimpinan perusahaan.
    6. Setiap karyawan dilarang membawa atau memindahkan barang-barang milik perusahaan dari tempatnya, tanpa seijin pimpinan perusahaan.
    7. Setiap karyawan dilarang makan/minum atau merokok ditempat dan saat jam kerja, kecuali pada jam istirahat dan pada tempat yang disediakan.
    8. Setiap karyawan dilarang bermain kartu, berjudi, minum minuman keras yang memabukkan, mempergunakan bahan narkotika, dan berbuat asusila di lingkungan perusahaan.
    9. Setiap karyawan dilarang membocorkan rahasia perusahaan, rahasia pimpinan perusahaan atau keluarga pimpinan perusahaan kecuali atas permintaan petugas yang berwajib untuk kepentingan Negara.

    Pasal 28 : Sanksi Pelanggaran

    1. Dalam memelihara tata tertib dan disiplin diperusahaan, maka terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan akan diberikan sanksi pelanggaran.
    2. Sanksi pelanggaran tersebut antara lain :
      • Teguran secara lisan, yang diberikan terhadap setiap karyawan yang melakukan kesalahan/pelanggaran tata karma dan sopan santun dalam pergaulan kerja, mengganggu ketertiban kerja, tidak menjaga kebersihan tempat kerja, tidak mengindahkan kerapihan berpakaian, dan kesalahan lain yang bersifat dianggap ringan.
      • Surat peringatan I, surat peringatan II, dan surat peringantan III/terakhir yang diberikan terhadap karyawan yang melakukan pelanggaran ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam PKB, namun tidak termasuk kesalahan berat, setiap surat peringatan berlaku untuk masa 6 (enam) bulan.
      • Schorsing, diberikan terhadap setiap karyawan yang akan terkena PHK, namun perusahaan menganggap masih memerlukan klarifikasi atas kesalahannya, maka yang bersangkutan tidak diperbolehkan bekerja/dischorsing sampai dengan persoalannya selesai atau sampai proses PHK-nya selesai, minimal 1 (satu) bulan dan maximal 6 (enam) bulan, upah selama schorsing dibayar seperti biasa.
      • Pemutusan Hubungan Kerja, dikenakan terhadap setiap karyawan yang melakukan pelanggaran setelah mendapatkan SP-I, SP-II dan SP-III/terakhir, dan terhadap setiap karyawan yang telah melakukan pelanggaran/kesalahan berat. (pasal pasal kesalahan terlampir).

    Pasal 29 : Pelanggaran-Pelanggaran yang Dikenakan PHK

    1. Pelanggaran-pelanggaran berat yang dapat dikenakan Pemutusan Hubungan Kerja adalah :
      • Melakukan penipuan, pencurian atau penggelapan barang dan atau uang milik perusahaan.
      • Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan perusahaan.
      • Mabuk, minum minuman keras yang memabukkan, memakai dan atau mengedarkan narkotika, zat psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan perusahaan.
      • Melakukan perbuatan asusila atau perjudian dilingkungan perusahaan.
      • Menyerang, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di lingkungan perusahaan.
      • Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau peraturan perundang-undangan.
      • Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
      • Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pimpinan perusahaan dalam keadaan bahaya di tempat kerja.
      • Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan, kecuali untuk kepentingan Negara.
      • Melakukan perbuatan lainnya dilingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
    2. Pelanggaran berat sebagaimana dimaksud ayat (1) didikung dengan bukti sebagai berikut:
      • Karyawan tertangkap basah mengambil barang perusahaan
      • Pengakuan dari yang bersangkutan
      • Merokok di waktu kerja
      • Bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang di perusahaan yang bersangkutan dan di dukung oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi.
    3. Pelaksanaan penyelesaian PHK terhadap karyawan yang melakukan pelanggaran berat, akan diselesaikan menurut prosedur undang-undang No. 13 tahun 2003 yang berlaku.
    4. Pelaksanaan pemberian hak-hak pekerja yang di PHK karena pelanggaran berat, akan berpedoman kepada ketentuan pasal 158 ayat (3) Undang-Undang No.13 tahun 2003 dengan ketentuan pemberian uang pisah sebagai berikut:
      • Masa kerja 0 s/d kurang 3 tahun tidak diberikan uang pisah.
      • Masa kerja 3 tahun s/d kurang 6 tahun diberikan 0,50% dari upah.
      • Masa kerja 6 tahun s/d kurang 9 tahun diberikan 100% dari upah.
      • Masa kerja 9 tahun s/d kurang 12 tahun diberikan 150% dari upah.
      • Masa kerja 12 tahun s/d kurang 15 tahun diberikan 200% dari upah.
      • Masa kerja 15 tahun dan seterusnya, diberikan 250% dari upah.
    5. Pelanggaran-pelanggaran lain yang tidak termasuk pelanggaran berat, tetapi dilakukan setelah karyawan mendapatkan surat peringatan SP III/terakhir, yang masih berlaku maka dapat dilakukan pemutusan hubungan kerja dengan berhak atas uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang pengganti hak, yang dihitung sesuai dengan ketentuan Undang-undang No.13 tahun 2003.
    6. Pelanggaran-pelanggaran disiplin yang dapat diberikan Surat Peringatan, antara lain:
      • Tidak masuk kerja tanpa ijin / mangkir.
      • Bekerja serampangan sehingga menghambat kelancaran pekerjaan/produksi.
      • Menolak perintah atasan pimpinan perusahaan yang layak.
      • Tidur atau ketiduran pada saat melakukan pekerjaan.
      • Meninggalkan pekerjaan tanpa seijin atasan/pimpinan perusahaan.
      • Mengadakan rapat, memasang pamphlet diruangan pabrik tanpa seijin pimpinan perusahaan.
      • Meninggalkan pekerjaan lebih cepat sebelum waktunya.
      • Terlambat masuk kerja, membuat kegaduhan dilingkungan kerja.
      • Mencoret-coret dinding atau menempelkan gambar-gambar yang tidak perlu pada dinding pabrik.
      • Pelanggaran-pelanggaran lain yang dinilai tidak perlu dilakukan dan dapat berakibat terganggu situasi dan kondisi kenyamanan kerja, keamanan kerja, ketertiban kerja, keharmonisan hubungan diantara teman sekerja, kelancaran produksi dan lain lain di lingkungan perusahaan.

    Pasal 30 : Tata Cara Pemberian Peringatan dan Schorsing

    1. Surat Peringatan (SP) I diberikan kepada karyawan yang melakukan pelanggaran ringan pertama kali, apabila pada periode SP I masih berlaku, karyawan melakukan pelanggaran kembali maka diberikan SP II, apabila karyawan melakukan pelanggaran kembali dalam periode masih berlaku SP II, maka akan diberikan SP III dan terakhir.
    2. Apabila SP I atau SP II atau SP III telah habis masa berlakunya lalu karyawan melakukan pelanggaran klasifikasi ringan kembali, maka akan diberikan SP I kembali.
    3. Pelanggaran ringan yang dilakukan pada SP III dan terakhir masih berlaku dapat dikenakan sanksi PHK.
    4. Karyawan yang telah melakukan pelanggaran berat atau melakukan pelanggaran kembali setelah mendapatkan SP II, SP III atau schorsing yang masih berlaku namun pimpinan perusahaan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memperbaiki diri (tidak di PHK), dapat diberikan sanksi schorsing pembinaan untuk paling 1 (satu) bulan, dengan mendapatkan upah seperti biasa kecuali tunjangan tidak tetap, setelah selesai menjalani schorsing ini kepada karyawan diperbolehkan bekerja kembali seperti biasa.
    5. Masa berlaku Surat Peringatan (SP) selama 6 (enam) bulan/undang-undang No. 13 tahun 2003.

    Pasal 31 : Keamanan

    1. Petugas keamanan wajib menjaga keamanan pabrik/perusahaan dari hambatan, ancaman, gangguan kelancaran produksi, serta terjaga dari pencurian, pengrusakan dan segala bentuk kejahatan lainnya atas barang milik perusahaan.
    2. Petugas keamanan berhak melakukan pemeriksaan terhadap seluruh karyawan yang keluar, masuk perusahaan, termasuk pemeriksanaan terhadap orang lain yang keluar/masuk perusahaan.
    3. Setiap karyawan harus bersedia dilakukan pemeriksaan atas dirinya oleh petugas keamanan demi kelancaran proses produksi.
    4. Pemeriksaan terhadap para karyawan dilakukan dengan selalu memelihara tata karma dan tata susila, saling menghormati, saling menghargai dan tidak melanggar norma hukum dan norma susila lainnya.
    5. Petugas keamanan berhak menahan barang yang dibawa oleh karyawan apabila terhadap hal-hal yang mencurigkan, penahanan barang tersebut dilakukan sampai dengan kecurigaan diyakini tidak.
    6. Apabila terjadi kehilangan barang milik perusahaan akibat pencurian, maka petugas keamanan yang bertugas saat terjadinya pencurian harus bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya semaksimal mungkin, apabila pencurian tersebut akibat kelalaian petugas keamanan, maka petugas akan mendapatkan sanksi atas kelalaian tugasnya/kecerobohan tugas yang dapat merugikan perusahaan.
    7. Apabila dalam melaksanakan tugas keamanan, petugas merasa tidak mampu bertindak mengamankan, melerai, menghalangi tindakan kejahatan yang terjadi, maka wajib melakukan koordinasi dengan aparat keamanan Negara yang berwenang/atau pihak kepolisian yang ada.
    8. Perusahaan akan menyediakan petugas keamanan secukupnya sesuai dengan kemampuan perusahaan, sehingga perusahaan cukup terjaga dalam setiap hari dan malam.
    9. Jam kerja petugas keamanan akan diatur tersendiri dengan prinsip tidak melanggar hak-haknya menurut hukum.

    BAB VIII : PENYELESAIAN KELUH KESAH

    Pasal 32 : Keluh Kesah dan Tata Cara Penyelesaiannya

    1. Pimpinan perusahaan dan serikat pekerja/pekerja menyadari bahwa, dalam kehidupan kerja dapat terjadi hal-hal yang kurang atau tidak memuaskan, baik menurut ukuran kemanusiaan maupun hukum yang berlaku, maka untuk mengurangi hal-hal yang seperti ini perlu diatur mekanisme tata cara menyampaikan keluhan atau ketidakpuasan sebagai berikut :
      • Apabila terjadi keluhan atau kekurang puasan atas situasi dan kondisi tertentu, maka karyawan dapat menyampaikan dan minta penyelesaian kepada atasannya langsung.
      • Apabila atasan langsung tidak dapat menyelesaikan, maka karyawan menyampaikan langsung kepada pimpinan yang lebih tinggi dari atasannya.
      • Apabila pimpinan yang lebih tinggi tidak dapat menyelesaikannya, keluhan disampaikan kepada personalia atau HRD, maka personalia dapat menyelesaikannya melalui lembaga kerja sama Bipartit di perusahaan, atau dapat merundingkan secara Bipartit dengan pengurus serikat pekerja dan atau.
      • Karyawan sendiri apabila sebagai anggota serikat pekerja dapat secara langsung menyampaikan keluhannya kepada pengurus serikat pekerja, kemudian serikat pekerja meminta perundingan/musyawarah dengan pimpinan perusahaan untuk menyelesaikan hal itu.
      • Apabila persoalan tidak dapat diselesaikan ditingkat perusahaan antara pimpinan perusahaan dengan serikat pekerja, maka salah satu pihak dapat meminta bantuan dinas tenaga kerja kabupaten Purwakarta atau kepada Lembaga Penyelesaian Perselisihan.

    Pasal 33 : Pengakhiran Hubungan Kerja Akibat Sakit Berkepanjangan

    Setiap karyawan yang mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan kerja shingga tidak dapat melakukan pekerjaannya, setelah melampaui waktu 12 (dua belas) bulan dapat mengajukan pemutusan hubungan kerja, dan pelaksanaan pemberian hak-haknya berpedoman pada pasal 172 undang-undang no. 13 tahun 2003.

    Pasal 34 : Pengakhiran Hubungan Kerja Akibat Karyawan Meninggal Dunia

    Dalam hal hubungan kerja berakhir karena karyawan meninggal dunia, maka kepada ahli warisnya diberikan sejumlah uang menurut ketentuan pasal 166 undang-undang no.13 tahun 2003.

    Pasal 35 : Pengakhiran Hubungan Kerja Karena Tidak Mampu Bekerja Akibat Kecelakaan Kerja

    Dalam hal karyawan tidak mampu bekerja karena cacat akibat kecelakaan kerja, maka setelah nyata-nyata tidak dapat bekerja lagi pada bagian apapun diperusahaan maka perusahaan merundingkan terlebih dahulu untuk menyelesaikan pengakhiran hubungan kerjanya dengan serikat pekerja, dan hak-haknya akan diselesaikan dengan berpedoman pada pasal 172 undang-undang No. 13 tahun 2003.

    Pasal 36 : Pengakhiran Hubungan Kerja Karena Usia Lanjut

    1. Batas usia lanjut setiap karyawan diperusahaan adalah 55 tahun.
    2. Setiap karyawan yang telah mencapai usia 55 tahun, perusahaan dapat mengakhiri hubungan kerja atau masih diperpanjang.
    3. Kerja yang dilaksanakan berdasarkan pasal 167 ayat (5) Undang-Undang No. 13 tahun 2003.
    4. Atas persetujuan kedua belah pihak, dalam arti perusahaan masih membutuhkan dan karyawan bersedia melanjutkan hubungan kerja, maka hubungan kerja dapat dimulai kembali setelah penyelesaian hak-hak atas pengakhiran hubungan kerja usia lanjut selesai, dengan status karyawan kontrak (perjanjian kerja untuk waktu tertentu).

    Pasal 37 : Pengakhiran Hubungan Kerja Karena Efisiensi

    1. Dalam hal karyawan mengalami surplus jumlah tenaga kerja, maka perusahaan perlu melakukan efisiensi jumlah karyawan, sehingga sejumlah karyawan akan diakhiri hubungan kerjanya.
    2. Dalam pengakhiran Hubungan Kerja karena efisiensi tersebut, akan dilaksanakan berpedoman pada pasal 164 ayat (3) Undang-Undang No. 13 tahun 2003.

    Pasal 38 : Pengakhiran Hubungan Kerja Karena Mengundurkan Diri

    Karyawan yang dimaksud akan mengundurkan diri dari perusahaan, wajib terlebih dahulu mengajukan Permohonan tertulis yang disampaikan ke bagian personalia paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelumnya.

    Pada hari terakhir ia bekerja, wajib mengadakan serah terima kepada atasannya langsung dengan menyerahkan dokumen, alat-alat kerja, dan lain-lain yang perlu yang dibawah tanggung jawabnya.

    Karyawan mengundurkan diri yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas dianggap berhenti dengan tidak hormat.

    BAB IX : FASILITAN-FASILITAS KESEJAHTERAAN

    Pasal 39 : Tempat Ibadah

    1. Perusahaan menyediakan tempat/ruangan yang dapat dipergunakan oleh setiap karyawan yang melakukan ibadah sholat.
    2. Untuk melaksanakan sholat sesuai dengan waktunya, perusahaan memberikan kesempatan secukupnya dengan ketentuan :
      • Melapor terlebih dahulu kepada atasannya.
      • Dilakukan secara bergilir dengan tetap menjaga kelancaran pekerjaan.
      • Sesudahnya secepat mungkin kembali ke tempat kerja kembali.

    Pasal 40 : Keluarga Berencana

    1. Perusahaan akan selalu memberikan motivasi terhadap setiap karyawan untuk mengikuti program keluarga berencana.
    2. Perusahaan memberikan bantuan terhadap setiap karyawan yang akan memasang alat kontrasepsi dengan permohonan terlebih dahulu dengan pemasangan melalui poliklinik yang ditunjuk perusahaan.

    Pasal 41 : Koperasi

    1. Perusahaan memberikan kesempatan serta mengharapkan terbentuknya koperasi karyawan dengan prinsip dibentuk oleh karyawan untuk karyawan.
    2. Apabila koperasi membutuhkan sarana dalam kegiatannya, perusahaan dapat memberikan pinjaman ruangan kepada koperasi karyawan untuk dipergunakan kegiatan administrasi/serikat koperasi karyawan.
    3. Bilamana perlu perusahaan akan membantu pemotongan upah untuk iuran anggota koperasi sesuai dengan kuasa dari karyawan yang bersangkutan.

    BAB X : PERUBAHAN/TAMBAHAN DAN MASA BERLAKU

    Pasal 42 : Perubahan/Tambahan PKB

    1. Hal-hal yang belum diatur didalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini, akan diatur kemudian Berdasarkan pada hasil perundingan dan kesepakatan antar pimpinan perusahaan dengan pengurus serikat pekerja tekstil, sandang dan kulit, SPSI unit kerja PT. Quty Karunia.
    2. Pihak perusahaan maupun pihak serikat pekerja tidak dapat merubah atau mengganti kalimat isi PKB ini ataupun melakukan pembatalan atas PKB ini secara sepihak, kecuali atas kesepakatan bersama.
    3. Apabila ternyata didalam masa berlakunya PKB ini terdapat ketentuan yang bertentangan dengan perundang-undangan, maka yang berlaku adalah peraturan perundang-undangan.

    Pasal 43 : Masa Beralaku PKB

    1. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak ditandatangani oleh pimpinan perusahaan PT. Quty Karunia dengan Pengurus Serikat Pekerja tekstil, sandang dan kulit, Serikat Pekerja Seluruh Indonesia PT. Quty Karunia.
    2. Apabila setelah berakhir 2 (dua) tahun, PKB ini ternyata tidak ada perubahan, maka perjanjian kerja bersama ini diperpanjang dengan diberlakukannya untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara pimpinan perusahaan PT. Quty Karunia dengan Pengurus Serikat Pekerja Textile, Sandan dan kulit SPSI PT. Quty Karunia.
    3. Setiap perundingan pembuatan PKB, mulai sejak (tiga) bulan sebelum berakhirnya Perjanjian Kerja Bersama yang sedang berlaku.

    Pasal 44

    Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PT. Quty Karunia Purwakarta ini berlaku sejak tanggal ditandatangani.

    Ditandatangani di : Purwakarta

    Pada tanggal : 02 Mei 2017

    Pihak Pimpinan Perusahaan

    Pihak Pengurus Serikat Pekerja

    Kim Moon Soo

    Wahyu

    Kim Yong Cheor

    Eri Kusnadi

    Kwon Sam Soo

    Herlambang

    H. Insaf Unggul P, SH

    Heru Priyadi

    Budhi Irawan H

    Dedi S

    Albert Yusuf, SE

    IDN PT. Quty Karunia - 2017

    Tanggal dimulainya perjanjian: → 2017-05-02
    Tanggal berakhirnya perjanjian: → 2019-05-01
    Diratifikasi oleh: → Lain - lain
    Diratifikasi pada: → 2017-05-02
    Nama industri: → Industri/pabrik pengolahan
    Nama industri: → Pabrik Manufaktur Garmen (garmen, pakaian jadi)
    Sektor publik/swasta: → Sektor swasta
    Disimpulkan oleh:
    Nama perusahaan: →  Quty Karunia
    Nama serikat pekerja: → 
    Nama penandatangan dari pihak pekerja → Wahyu, Eri Kusnadi

    KONDISI SAKIT DAN DISABILITAS

    Maximum cuti sakit berbayar (untuk 6 bulan): → 92 %
    Ketentuan mengenai kembali bekerja setelah menderita penyakit jangka panjang, seperti penyakit kanker: → Tidak
    Cuti haid berbayar: → Ya
    Pembayaran gaji apabila tidak mampu bekerja dikarenakan kecelakaan kerja: → Ya

    KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA BANTUAN MEDIS

    Bantuan medis disetujui: → Ya
    Bantuan medis bagi keluarga pekerja disetujui: → Tidak
    Kontribusi pengusaha untuk asuransi kesehatan disetujui: → Ya
    Asuransi kesehatan bagi keluarga pekerja disetujui: → Tidak
    Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja disetujui: → Ya
    Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja disetujui: → Tidak
    Pakaian/alat pelindung diri disediakan: → Tidak
    Pemeriksaan kesehatan secara berkala disediakan oleh pengusaha: → Tidak
    Pengawasan permintaan musculoskeletal di tempat kerja, resiko professional dan/atau hubungan antara pekerjaan dan kesehatan: → Insufficient data
    Bantuan duka/pemakaman: → Ya
    Minimum kontribusi pengusaha untuk penguburan/pemakaman: → IDR 

    PENGATURAN ANTARA KERJA DAN KELUARGA

    Cuti hamil berbayar: → 13 minggu
    Cuti hamil berbayar terbatas untuk: 100 % dari gaji pokok
    Jaminan tetap dapat bekerja setelah cuti hamil: → Tidak
    Larangan diskriminasi terkait kehamilan: → Tidak
    Larangan mewajibkan pekerja yang sedang hamil atau menyusui untuk melakukan pekerjaan yang berbahaya atau tidak sehat: → 
    Penilaian resiko terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja yang sedang hamil atau menyusui di tempat kerja: → 
    Ketersediaan alternatif bagi pekerja hamil atau menyusui untuk tidak melakukan pekerjaan yang berbahaya atau tidak sehat: → 
    Cuti untuk melakukan pemeriksaan pranatal: → 
    Larangan untuk melakukan penyaringan terhadap pekerja yang hamil sebelum mempekerjakan pekerja: → 
    Larangan untuk melakukan penyaringan terhadap pekerja yang hamil sebelum mempromosikan: → 
    Fasilitas untuk pekerja yang menyusui: → Tidak
    Pengusaha menyediakan fasilitas penitipan anak: → Tidak
    Pengusaha mensubsidi fasilitas penitipan anak: → Tidak
    Tunjangan/bantuan pendidikan bagi anak pekerja: → Tidak
    Cuti ayah berbayar: → 2 hari
    Durasi cuti yang diberikan ketika ada anggota keluarga yang meninggal: → 2 hari

    ISU KESETARAAN GENDER

    Upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya: → Tidak
    Klausal mengenai diskriminasi di tempat kerja → Tidak
    Kesempatan yang sama bagi perempuan untuk mendapat promosi: → Tidak
    Kesempatan yang sama bagi perempuan untuk mendapat pelatihan: → Tidak
    Kesetaraan gender dalam kepengurusan serikat pekerja di tempat kerja: → Tidak
    Klausal mengenai pelecehan seksual di tempat kerja → Tidak
    Klausal mengenai kekerasan di tempat kerja → Ya
    Cuti khusus bagi pekerja yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga: → Tidak
    Dukungan bagi pekerja perempuan dengan disabilitas: → Tidak
    Pengawasan kesetaraan gender: → Tidak

    PERJANJIAN KERJA

    Durasi masa percobaan: → 90 hari
    Pekerja paruh waktu tidak termasuk dalam semua peraturan: → Tidak
    Ketentuan mengenai pekerja sementara: → Tidak
    Pekerja magang tidak termasuk dalam semua peraturan: → Tidak
    Pekerja mahasiswa tidak termasuk dalam semua peraturan: → Tidak

    JAM KERJA, JADWAL DAN LIBUR

    Jam kerja per hari: → 8.0
    Jam kerja per minggu: → 40.0
    Hari kerja per minggu: → 5.0
    Cuti tahunan berbayar: → 12.0 hari
    Cuti tahunan berbayar: → 2.0 minggu
    Periode istrirahat setidaknya satu hari dalam seminggu disetujui: → Ya
    Jumlah maksimum hari minggu/hari libur nasional dalam setahun dimana pekerja harus/dapat bekerja: → 
    Cuti berbayar untuk aktivitas serikat pekerja: →  hari
    Ketentuan mengenai pengaturan jadwal kerja yang fleksibel: → Tidak

    PENGUPAHAN

    Upah ditentukan oleh skala upah: → No
    Ketentuan bahwa upah minimum yang ditentukan oleh pemerintah harus dihormati: → Ya
    Upah terendah disetujui per: → Months
    Upah terendah: → IDR Applicable Minimum Wages for Purwakarta regency
    Penyesuaian untuk kenaikan biaya kebutuhan hidup: → 

    Kenaikan upah

    Pembayaran tambahan yang dilakukan setahun sekali:

    Pembayaran tambahan yang dilakukan setahun sekali dikarenakan performa perusahaan: → Tidak

    Upah lembur hari kerja

    Upah lembur hari Minggu/libur

    Kupon makan

    Tunjangan makan disediakan: → Tidak
    Bantuan hukum gratis: → Tidak
    Loading...