“Seperti Berperang dengan Senjata Lengkap”: Kisah Perundingan Kolektif SPN PC GKBI Menyediakan Ruang Menyusui

Penyediaan ruang laktasi masih menjadi hak di tempat kerja yang sulit dipenuhi. Baca kisah Serikat Pekerja Nasional (SPN) dari perusahaan Pabric Cambric Gabungan Koperasi Batik Indonesia (PC GKBI) dalam memperjuangkan ruang menyusui di tempat kerja.


Latifa (bukan nama sebenarnya) adalah seorang operator mesin di Pabrik Cambric Gabungan Koperasi Batik Indonesia (PC GKBI) Yogyakarta. Bekerja sejak 8 pagi hingga 4 sore, Latifa yang sedang dalam fase menyusui harus menyempatkan waktu untuk memerah ASI. Sayangnya, PC GKBI tidak memiliki ruangan khusus untuk itu. Ia terpaksa memerah ASI dengan alat perah pribadi di ruang uji coba benang atau toilet. Ia menyadari betul selain tidak aman dan nyaman, tempat ini juga tidak higienis.

Irwan, Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) PC GKBI, memahami betul ini bukanlah cerita baru. Perusahaan yang memproduksi benang, kain grey, dan kain cambric ini memiliki 800 pekerja, dan 30% di antaranya adalah pekerja perempuan. Beberapa kali, SPN mendapati pekerja perempuan kesusahan memerah ASI. Sekali waktu, sebab belum ada ruang laktasi dan alat pendingin, mereka terpaksa membuang ASI-nya karena sudah tidak layak konsumsi.

Data dari program Makin Terang, yang dikelola oleh Gajimu (WageIndicator) di 249 pabrik pada 2022-2023, menunjukkan: isu ruang laktasi menjadi isu kedua dengan ketidakpatuhan tertinggi setelah isu pekerja kontrak mengerjakan pekerjaan permanen. 

Kampanye dari organisasi lainnya dan serikat buruh juga menegaskan pentingnya penyediaan ruang laktasi. Selain berpengaruh pada kesehatan bayi, ruang laktasi jugamendukung ibu pekerja untuk dapat tetap bekerja, yang kemudian juga menguntungkan pihak pengusaha. Pada industri yang didominasi pekerja perempuan, dampak jangka panjang pengabaian ruang laktasi tak dapat dipandang sebelah mata. 

Pada November 2023, Irwan dan rekannya menghadiri pelatihan penyusunan PKB program Makin Terang. Bagi Irwan, pelatihan ini membuatnya sadar akan pentingnya perundingan yang sensitif gender, terutama hak-hak maternitas. Selain itu, ia semakin percaya diri untuk menggunakan haknya sebagai serikat pekerja untuk berunding.

Usai pelatihan, Irwan menyebarkan pengetahuan dan ‘senjata’ yang ia dapatkan ke pengurus lain. Mereka pun merencanakan pertemuan dengan direksi dan management PC GKBI untuk membicarakan pengadaan ruang laktasi. Rencana ini pun semakin membara kala mereka menyaksikan Latifa menenteng alat perahnya sambil mondar-mandir kebingungan.

Perundingan pun terjadi di bulan Juli tahun 2024 ini. Enam pengurus SPN (dua perempuan dan empat laki-laki) berhasil menemui pihak manajemen.

Pada awalnya, pihak manajemen tidak mengetahui bahwa penyediaan ruang laktasi dan segala fasilitasnya merupakan kewajiban perusahaan. Untunglah Irwan, dkk telah membekali diri dengan pengetahuan yang didapat pada saat pelatihan: aturan perundang-undangan dan hasil Survei Kelayakan Kerja sebagai bahan pendukung. Alhasil, perundingan berlangsung dengan lancar. Perusahaan pun menyetujui permintaan pengadaan ruang laktasi. Rencananya ruangan khusus akan segera disediakan dan aturan ini akan diikat ke dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) mendatang.

Pada saat menceritakan keberhasilan ini, Irwan dan kawan-kawan di serikatnya menyadari ada yang berubah darinya serta timnya dibandingkan pada saat perundingan PKB yang terjadi di awal tahun 2023. Ia merasa, saat ini, timnya lebih peka pada persoalan pekerja perempuan yang kerap dilupakan, mengingat baik pimpinan serikat pekerja ataupun pimpinan perusahaan didominasi oleh laki-laki.

Tak kalah penting, timnya kini lebih siap dan percaya diri. Ia menyebut, “Ibarat perang, kami sekarang sudah memiliki senjata yang lengkap”. 

Kemenangan kecil ini memberikan semangat baru bagi Iwan, dkk. Selanjutnya, SPN PC GKBI akan mengagendakan perundingan terkait kemudahan pengajuan cuti haid bagi pekerja perempuan. 

Program Makin Terang adalah kolaborasi bersama antara empat serikat buruh terbesar di industri garmen Indonesia. Program ini dikoordinasikan oleh Gajimu/WageIndicator, Trade Union Rights Centre (TURC), Mondiaal FNV, dan didanai oleh Laudes Foundation. Gajimu dan WageIndicator memainkan peranan penting dalam pengumpulan, pengelolaan, analisis, dan pubikasi data melalui Survei Kelayakan Kerja yang dapat digunakan oleh berbagai pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesadaran akan hak dan memperkuat proses perundingan dan dialog sosial. 

Selain Survei Kelayakan Kerja, program Makin Terang juga merancang Polling Prioritas Pekerja (WorkerPriorityPoll) dengan tujuan untuk mendorong suara-suara dari kelompok pekerja yang selama ini kurang terwakili. 

 

Foto: Pertemuan perundingan antara perwakilan pengurus PSP SPN PC GKBI dan Manajemen PC GKBI

SPN PC GKBI.jpeg

Loading...