Berdasarkan PP No. 35 Tahun 2021, terdapat beberapa perubahan dan aturan baru mengenai hak pekerja/buruh ketika mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan perusahaan. Berikut adalah daftar alasan PHK dan perbandingan hak yang diterima oleh pekerja/buruh sesuai peraturan lama UU No. 13 Tahun 2003 dan yang sekarang berlaku berdasarkan PP No. 35 Tahun 2021
Alasan PHK |
Hak Pekerja/BuruhSesuai UU 13 Tahun 2003 |
Hak Pekerja/BuruhSesuai PP 35/2021 |
Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, dan pemisahan perusahaan dan pekerja tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja. |
|
|
Perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, dan pemisahan perusahaan dan pengusaha tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja. |
|
|
Pengambilalihan Perusahaan/inisiatif PHK dari pengusaha (Peraturan Baru) |
|
|
Terjadi pengambilalihan Perusahaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan syarat kerja dan Pekerja tidak bersedia melanjutkan Hubungan Kerja. (Peraturan Baru)
|
|
|
Perusahaan melakukan efisiensi yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian |
|
|
Perusahaan melakukan efisiensi untuk menghindari kerugian yang lebih lanjut (Peraturan Baru) |
|
|
Perusahaan tutup akibat mengalami kerugian terus menerus selama 2 tahun atau karena keadaan memaksa (force majeure) |
|
|
Perusahaan tutup yang disebabkan bukan karena Perusahaan mengalami kerugian |
|
|
Pengusaha melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan keadaan memaksa (force majeure) yang tidak mengakibatkan Perusahaan tutup. |
|
|
Pengusaha melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang yang disebabkan Perusahaan mengalami kerugian. (Peraturan Baru) |
|
|
Pengusaha melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang bukan karena Perusahaan mengalami kerugian. (Peraturan Baru) |
|
|
Perusahaan pailit |
|
|
Pekerja/buruh dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalaml hal pengusaha |
|
|
Pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Pekerja/Buruh karena alasan adanya putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang menyatakan Pengusaha tidak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud oleh lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. |
|
|
Pekerja/Buruh mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh perusahaan 2 (dua) kali secara patut dan tertulis |
|
|
Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama dan sebelumnya telah diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut |
|
|
Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran bersifat mendesak yang diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama (Peraturan Baru) |
|
|
Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 (enam) bulan akibat ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana yang menyebabkan kerugian Perusahaan |
|
|
Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 (enam) bulan akibat ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana yang tidak menyebabkan kerugian Perusahaan |
|
|
Pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 (enam) bulan Pekerja/Buruh dinyatakan bersalah dan menyebabkan perusahaan mengalami kerugian |
|
|
Pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum berakhirnya masa 6 (enam) bulan Pekerja/Buruh dinyatakan bersalah dan tidak menyebabkan kerugian Perusahaan |
|
|
Pengusaha dapat mengajukan Pemutusan Hubungan Kerja dikarenakan Pekerja/Buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan. (Peraturan Baru) |
|
|
Pekerja/ Buruh dapat mengajukan Pemutusan Hubungan Kerja dikarenakan Pekerja/Buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan |
|
|
Pekerja/Buruh memasuki usia pensiun |
|
|
Pekerja/Buruh meninggal dunia |
|
|
Baca Artikel Terkait:
Perubahan Aturan Mengenai Pemutusan Hubungan Kerja
Sumber:
Indonesia. UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003
Indonesia. PP No. 35 Tahun 2021